REMBANG infojatim.com - Bila anda sedang perjalanan wisata religi ke arah Lasem Rembang Jawa tengah, jangan lupa mampir sejenak untuk menikmati lezatnya lontong Tuyuhan, kuliner khas Kabupaten Rembang ini menjadi bahasan menarik ketika berwisata religi di kota ini.
Salah satu pengunjung yang datang adalah Kyai.M.Muzakkin (Gus Zakky) pengasuh pondok pesantren khusus rehabilitasi sakit jiwa dan narkoba Asma'Berojomusti asal Lamongan Jawa timur ini, menurutnya, "Saya kalau lewat daerah Lasem Rembang pasti mampir sejenak untuk menikmati kuliner lontong tuyuhan, rasanya benar-benar nikmat, dan Mak nyuuus sekali, disamping saya menikmati masakannya, tidak kala pentingnya adalah tabarukan ke Sunan Bonang, mengingat sejarah penyebaran agama Islam kala itu.
Lontong tuyuhan ini ada kaitanya sejarah dengan Sunan Bonang, sebab nama desa Tuyuhan sendiri yang memberi nama adalah kanjeng Sunan Bonang"tuturnya saat ditemui dan di wawancarai oleh awak media infojatim.com di lokasi warung lontong tuyuhan di selatan masjid Lasem, (Senin,16/09/2019).
Selain Gus Zakky, arek Lamongan yang sering menikmati lontong tuyuhan adalah H.Yasin, kebetulan ia punya aktifitas sebagai distributor makanan dan obat ternak ikan di wilayah Jawa tengah, makanya sering singgah di lontong tuyuhan tersebut, biasanya ia satu minggu rata-rata dua kali ke Jawa tengah.
Lalu mengapa dinamakan dengan lontong tuyuhan ? Sebab lahir dan berkembang berasal dari sebuah kampung kecil di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, kuliner lontong tuyuhan digandrungi masyarakat dari berbagai kalangan.
Ciri dan bentuk lontong tuyuhan terbilang unik. Biasanya lontong berbentuk silinder, tetapi lontong legendaris ini bentuknya segitiga. Pembungkusnya sama seperti lontong pada umumnya, yakni memakai daun pisang. Hanya saja, lontong tuyuhan ukurannya lebih jumbo (besar).
Hal itu diungkapkan salah satu seorang penjual lontong tuyuhan Mbah Pardi, yang sudah berjualan sejak 1981 di kios Desa Tuyuhan, Rembang. Menurutnya, lontong tuyuhan sudah ada sejak puluhan tahun lamanya.
"Saya sendiri berjualan lontong tuyuhan sudah sejak umur 26 tahun. Bahkan, sejak dari zaman saya kecil pun lontong tuyuhan sudah ada. Yang datang kesini Warga Kabupaten sebelah seperti Blora, Pati, Tuban, Lamongan, Surabaya dan sekitarnya, rata-rata kalau pas lewat ya pada mampir ke warung sini," ungkapnya.
Kata Mbah To, penjual lontong tuyuhan yang di Lasem, "Cita rasanya hampir mirip dengan opor ayam, tapi lontong tuyuhan lain, makanya hingga sekarang digandrungi banyak orang", Ujarnya.
"Sekarang yang jual sudah dimana-mana, tapi awalnya dari desa sini. Ciri khas lontong tuyuhan di samping bentuknya segitiga, opornya itu juga bersantan dan tidak mblengeri (membosankan). Tiap hari kalau warung saya sendiri, tak kurang dari 7 ekor ayam habis. Alhamdulillah," katanya.
Ada filosofi tersendiri dalam bentuk lontong segitiga yang digunakan sebagai sajian lontong tuyuhan tersebut. Kata dia, bentuknya segitiga ini merupakan sebuah simbol. "Segitiga kan ada tiga sudut, jadi kita selalu berpegang pada tiga prinsip. Budaya atau sejarah, agama, dan pendidikan. Di situ kita diajarkan dan itu yang jadi acuan kita selama ini,” terangnya.
Mbah Warni asal Kragan (54 th), salah seorang pembeli yang saat itu ada di kios lontong tuyuhan selatan masjid Lasem, mengatakan "kuliner lontong tuyuhan di Lasem ini menjadi favorit saya sejak kecil, bila kangen makan lontong tuyuhan, saya pasti langsung berangkat, kadang sendiri, kadang bersama Mas Kasnuri dan teman lainya, pokoknya lihat sikonlah, bila tidak ada temanya saya pergi sendiri",ungkapnya. Kini usaha lontong Tuyuhan itu sudah banyak orang yang berjualan diberbagai sudut kota di Indonesia ini, pungkasnya.
Sumber Berita : Suara JCW News / Partner Mitra Arifin s.zakaria Infojatim.com (Pendiri dan Penanggung jawab redaksi)
Post a Comment