JAKARTA infojatim.com - Agar kita tidak terlena dan lupa dengan sejarah, Kita perlu merenung kembali betapa sadisnya peristiwa tragis pemberontakan G 30 S/PKI di Indonesia dulu, Untuk mengingat peristiwa itu tidak hanya dalam waktu satu tahun sekali dengan adanya peringatan hari kesaktian Pancasila itu saja, namun mengingat setiap saat itu akan lebih baik agar jiwa patriotisme generasi bangsa ini tidak luntur dan yang terpenting bukan hanya mengenang, tapi di kirimi do'a agar pahlawan Revolusi kita ini di masukkan ke dalam surga.
Sejumlah 7 Pahlawan Revolusi tercinta di bantai dengan cara sadis kemudian diseret dimasukkan ke sumur maut Lubang Buaya dalam kondisi hidup-hidup, sumur berukuran kedalaman 12 Cm dan berdiameter 75 centi meter itu hingga kini jadi saksi sejarah kebiadaban PKI di Indonesia, melihat dari dekat monemen sejarah di Museum Lubang Buaya jadi penting artinya, karena untuk mengingat sejarah peristiwa pemberontakan G 30 S/ PKI di Negeri ini, perjuangan para pahlawan Revolusi itu satupun tidak ada yang pamrih apapun, beliau rela berkorban dengan segala jiwa dan raganya demi indonesia tercinta, agar negeri ini bisa berdiri tegak tanpa adanya ancaman dan intervensi pihak asing, rakyatnya bisa hidup aman, tentram, damai, mammur, dan sentosa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang mereka cita-citakan.
Kita sebagai anak bangsa seharusnya malu bila tidak bisa melanjutkan perjuangan beliau ini dengan mengisi pembangunan yang diharapkanya, baik fisik maupun moril, dengan tetap menjaga kerukunan dan kebersamaan sebagai anak bangsa ini, berziarah dan kirim do'a adalah bagian dari wujud berterimakasih pada pahlawan Revolusi ini, namun yang terpenting lagi adalah tetap menjaga keutuhan bangsa karena NKRI adalah harga mati, sekali merdeka tetap merdeka.
Prof.Dr.K.M.Muzakkin,M.pdi,MH (Gus Zakky) Ketua Pusat BPAN RI (Badan Penyelamat Aset Negara Republik Indonesia) ini mengatakan "Hormat dan berterimakasih pada pahlawan Revolusi kita adalah sebuah kewajiban bagi anak bangsa, jika kita semua sudah tau sejarah petistiwa tragis pemberontakan G30/S PKI, kemudian kirim do'a pada beliau-beliau ini hanya saat pada hari pahlawan saja, ku pikir itu juga kurang adil dan justru menunjukkan kurang berterimakasih pada pahlawan yang telah mendirikan negeri ini, setiap selesai sholat sebaiknya kita kirim do'a pada-Nya, dan seluruh murid, pegawai, aparat pemerintah dan elemen manapun, tiap pagi sebelum beraktifitas sebaiknya kompak berdo'a untuk pahlawan kita, bukan malah berlomba-lomba merampok uang negara, melakukan tindak pidana korupsi, penyalah gunaan wewenang, penggunaan narkoba, melakukan kriminalitas dimana-mana, tawuran antar kampung, antar geng, konflik antar suku ras dan agama, saling jegal dan membunuh sesama, itu semua adalah perilaku dan karakter PKI zaman dulu. Disamping selain itu juga karena faktor imannya yang lemah dan akal sehatnya yang telah hilang, mereka sudah banyak yang lupa dengan sejarah, lupa dengan bekas darah merah ke tujuh jendral yang masih terpampang rapi di Museum Lubang Buaya," Tuturnya saat di temui awak media di Sumur maut Lubang Buaya Jakarta (Senin,08/01/2018).
Selain itu, Pria yang juga Ketua Umum JCW (Jatim Corruption Watch) Provinsi Jawa timur ini menjelaskan, "Generasi anak bangsa sudah saatnya ditunjukkan monumen sejarah di Museum Lubang Buaya ini, dalam rangka pembentukan karakter anak bangsa, agar mempunyai jiwa yang idialis terhadap negerinya sendiri, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara dan pedoman hidup bangsa indonesia" ungkapnya.
Salah satu pengunjung guru SD dari Semarang jawa tengah Bu Narsih,Spd mengatakan "Tiap sekolah mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi di Indonesia sebaiknya di programkan untuk mengunjungi museum Lubang Buaya ini agar anak-anak tidak hanya mengetahui sejarah lewat teori di buku-buku sejarah saja, tapi bisa melihat langsung ke lapangan betapa sadisnya petistiwa G 30 S/PKI pada waktu itu, disamping itu juga untuk menanamkan jiwa patriotisme, karena cinta tanah air adalah hukumnya wajib" tuturnya.
Gempi dari Solo jawa tengah juga mengatakan, "Aidit ini perusak negara, jangan sampai ada aidit-aidit lagi di indonesia" ungkapnya dengan geram.
Ubet pegawai perusahaan asal Lamongan juga turut mengunjungi monumen tersebut "Wah, ini PKI harus di musnakan dari bumi pertiwi ini, ribuan kyai dan santri di bantai dengan dipotong lehernya dan diseret di buang ke gua, ini jelas tindakan yang sangat biadab dan kejam sekali" jelasnya.
Apapun alasanya kata Gus Zakky yang juga pengasuh pondok pesantren Rehabilitasi Sakit Jiwa dan Narkoba "Dzikrussyifa' Asma'berojomusti" di Sekanor Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur ini "PKI tidak boleh muncul kembali di indonesia ini, kerukunan dan kekompakan anak bangsa jadi kekuatan tersendiri untuk menghadapi ancaman PKI" Pungkasnya.
KikiJCW / Arifin SZ Partner
Post a Comment