GRESIK - Program swasembada pangan di Gresik terkendala karena komoditi daging dan kedelei yang mengalami defisit. Kenyataan itu mengemuka saat rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Gresik yang berlangsung di Ruang Rapat Graita Eka Praja Kantor Bupati Gresik, Rabu (29-06-2016).
Rapat Dewan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten Gresik diikuti oleh seluruh Camat selaku anggota Dewan Ketahanan Pangan diwilayah kecamatan masing-masing, serta beberapa Kepala SKPD terkait.
Pada Rakor DKP kali ini, Pemkab Gresik juga menghadirkan Staf Tehnis DKP Jawa Timur yang juga mantan anggota World Food Program PBB dan Lena Wahyu Marwati dari Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur.
Selaku wakil ketua sekaligus Wakil Bupati Gresik, Dr. Mohammad Qosim yang memimpin rapat DKP Gresik memaparkan data ketersediaan pangan Kabupaten Gresik sampai bulan Mei 2016.
Untuk komoditi beras dan jagung di Gresik mengalami surplus. Produksi beras Gresik mencapai 133.680,47 ton, surplus 87.662,22 ton. Produksi jagung mencapai 46.048,10, surplus 45.736,53 ton.
Sedangkan untuk komoditi Kedelai dan daging mengalami defisit, yaitu produksi kedelai sampai Mei 2016 hanya 106,48 ton mengalami defisit 425,48 ton. Sedangkan produksi daging sesuai data bulan Maret 2016 hanya 430 ton, hingga mengalami defisit 91,51 ton.
Meski belum terdengar ada wilayah di Gresik yang masuk rawan pangan, namun Wabup Qosim berharap kepada Camat serta seluruh anggota DKP Kabupaten Gresik untuk selalu memamntau."Laporkan dan segera berkoordinasi dengan Kantor Ketahanan Pangan apabila anda menemukan indikasi penduduk di suatu wilayah anda terindikasi rawan pangan" kata Qosim.
Tentang produksi daging dan kedelai yang mengalami defisit, Kepala kantor Ketahanan Pangan yang sekaligus sekretaris DKP Gresik Wasti Andari mengatakan, memang untuk dua komoditi tersebut tidak terlalu diunggulkan di Kabupaten Gresik. Kedelai misalnya, bagaimanapun para pengrajin tempe tahu Gresik selalu menggunakan kedelai import untuk berproduksi.
"Kami juga menanamkan pemahaman kepada masyarakat tentang diversifikasi (Penganekaragaman) pangan dengan mengganti konsumsi daging menjadi konsumsi ikan.
Nilai protein dan gizi ikan ini sama bahkan lebih besar dari daging. Keadaan ini dapat menurunkan tingkat konsumsi daging dengan tidak mengurangi nilai gizinya.
Hal ini juga sesuai hasil sidang Regional Ketahanan Pangan Jawa Timur agar DKP Daerah meningkatkan konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani " jelas Wasti.
Asz/team/d2g
Post a Comment