Gresik - Bertempat dibalai Desa Klampok Kecamatan Benjeng Gresik Jawa Timur, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik, melatih warga Desa Klampok untuk memanfaatkan limbah industry sarung tenun.
Pelatihan yang berlansung sejak kemarin, hari ini Selasa (3/5) ditinjau oleh Kabid Perindustrin Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik.
Sebagai salah sentra industry sarung yang dihasilkan dari alat tenun bukan mesin (ATBM) Desa Klampok Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Jawa Timur memang tidak diragukan lagi. Bila kita masuk Dusun Karangploso dan Kalipang didesa tersebut yang jaraknya sekira 20 km dari arah Gresik ke Selatan.
Tentu akan terdengar suara yang dikeluarkan dari ATBM yang dioperasikan warga setempat. Suara-suara tersebut akan terdengar disepanjang jalan didusun bahkan sampai keluar dusun.
Maklumlah, hampir semua warga dari kedua dusun di desa klampok ini menjadikan rumahnya sebagai tempat pembuatan sarung.
Kenyataan ini diakui oleh Ngadi (51) Kepala Desa setempat yang katanya rumah terutama di dusun Karangploso dan Kalipang mengoperasikan ATBM di rumahnya. "Sebanyak 930 KK yang ada diwilayah ini berusaha pada industry sarung tenun" ungkapnya.
Tentu saja sarung yang dihasilkan untuk tujuan pasar ekspor ini tak semuanya baik. Dari setiap 12 kodi sarung yang dihasilkan, ada 6 potong kain sarung yang diafkir. Menurut Kades Ngadi, ada beberapa yang masih dimanfaatkan untuk sarung anak-anak atau sebagai bahan baju, namun ada kalanya yang tidak bisa dipakai sama sekali.
"Yang tidak bisa dipakai banyak sekali pak, karena tidak ada harganya seringkali hanya sebagai sampah" tutur Ngadi yang juga sebagai pelaku Usaha sarung tenun.
Dari sisa limbah industry pembuatan sarung tenun tersebut, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik merasa tertantang untuk memanfatkan pembuatan handicraft dan menghias peralatan rumah tangga dengan kain sarung. Didatangkanlah instruktur untuk pelatihan pembuatan peralat rumahtangga berbahan dasar sarung.
"Kami bekerjasama dengan salah satu Lembaga Kursus dan Pelatihan untuk menyulap limbah ini menjadi barang yang punya nilai ekonomis" ungkap Kabid Perindustrian Ilmul Yaqien.
Rupanya, respon masyarakat setempat untuk ikut pelatihan ini sangat bagus. Tak hanya para ibu dan remaja putri, bahkan dari 35 peserta ada 8 orang peserta bapak-bapak.
Hal ini karena adanya bahan baku limbah kain sarung yang melimpah. Juga barang yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh banyak orang. Ada bross, tempat tissue, taplak kulkas, taplak meja, menghias rak mini minumam gelas, pelapis gelas dan toples serta berbagai barang yang banyak kita jumpai sehari hari.
Sepasang peserta yakni bapak Sukiadi (57) yang hadir bersama isterinya tampak kompak menghias rak mini untuk minuman gelas. Sukiadi yang juga pengusaha pembuatan boneka kecil ini tampak telaten mengikuti pelatihan.
Dengan telaten dia mengelem bahan yang terbuat dari logam sementara isterinya dibantu kelompok yang lain menggunting spon tipis dan menyiapkan pelapisnya dari kain sarung. Hanya dalam waktu 40 menit, rak mulanya hanya terbuat dari kerangka besi tampilannya sudah berubah. Kali ini rak tersebut sekaligus sebagai hiasan meja. "Ini sudah hampir jadi mas" ungkap Sukadi puas.
Dari 2 hari pelatihan sejak kemarin, ternyata sudah puluhan item yang dihasilkan. Produk-produk hasil karya mereka di gelar dimeja yang menurut panitia dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik hasil tersebut akan dilombakan. Dengan iming-iming lomba dan hadiah, masyarakat tampak sangat bersemangat untuk menghasilkan yang terbaik.
Dikesempatan lain, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gresik, Najikh mengatakan Sarung tenun ATBM ini merukapak produk khas Gresik yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
"Kementerian Perindustria menerbitkan surat penetapan Kompetansi Inti Industri Daerah (KIID) No. 95 tahun 2015 bahwa Gresik sebagai sentar sarung tenun ATBM. Di Jawa timur hanya ada 5 daerah yang mendapatkan KIID, tentu dengan sentra produk yang berbeda" katanya.
Najikh mengungkapkan, pihaknya kedepan akan memikirkan industry sarung tenun ATBM ini yang tidak hanya dipakai untuk sarung. Tapi bisa dipakai untuk mendukung industry yang lain misalnya sebagai bahan pakaian jadi dan kerajinan yang lain.
"Tentu saja masih menggunakan sarung tentun sebagai bahan baku utamanya. Kami masih menjajaki terobosannya kearah sana" jelas Najik. sdm/arifin sz/team
Post a Comment