SURABAYA - Strategi Kebijakan Bidang Pendidikan menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah merubah pola pikir masyarakat. Caranya harus mempunyai pemikiran bahwa mendidik orang lebih penting dari pada meninggalkan warisan berupa barang. Inilah konsep pembangunan yang harus dibangun untuk meningkatkan IPM atau SDM Jawa Timur.
Untuk itu, Pemprov. Jatim mengadakan pertemuan dengan para Kepala Sekolah (Kepsek) yang memiliki tugas sangat berat mempersiapkan SDM generasi muda yang kuat, berani serta berdaya saing sebagai petarung-petarung di ASEAN Timur pada tahun 2025.
Pernyataan itu disampaikan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat memberikan pengarahan Pemetaan Kompetesi Kepala sekolah SMA,SMK dan Pendidikan Khusus (PK) negeri se Jatim di Badan Diklat Prov. Jatim Jln. Balongsari Tama Surabaya, Selasa (02/02/16).
Dikatakan, pendidikan sangat penting karena menjadi tonggak penentu keberhasilan pembangunan di segala bidang, baik bidang ekonomi, kesehatan maupun sosial budaya, Orang penting yang menjadi penentu kebijakan di bidang itu adalah Kepala Sekolah.
Sebab, 50 % keberhasilan pendidikan yang menentukan adalah Kepsek. "Jadi baik – buruknya kualitas pendidikan itu sebesar 50 % berada di tangan Kepala Sekolah," tegasnya .
Selain itu tugas Kepsek sangat berat, karena mereka menjadi penentu keberhasilan pendidikan dalam mencetak kualitas SDM di Jatim. Seorang Kepala Sekolah dituntut harus mampu membuat program dan titik nol sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Titik nol itu dibuat pada bulan Juni, konsepnya seperti apa, bagaimana keadaan sekolahnya, mulai dari hardware dan Software serta berapa jumlah guru pengajarnya. Semuanya harus digambar dan dirinci serta visi dan misinya ke depan seperti apa dalam setahun.
Dari gambaran dan program yang dibuat dalam titik nol itulah, seorang Kepsek bisa dilihat dan diukur kemampuannya dalam memanage, memimpin, mengarahkan dan mensupport serta memonitoring bawahannya dalam mengendalikan atau membawa sekolahnya kearah yang lebih baik atau malah sebaliknya.
Selanjutnya, Pakde Karwo mengatakan, momen ini mempunyai tujuan merubah program pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak ke depan. "Kalau tadinya komposisi SMK hanya 40 % dan SMA 60 %, sekarang dirubah menjadi Vocasional yang komposisinya menjadi 70 % SMK dan 30 SMA. Untuk itu, para Kepala sekolah harus benar-benar siap dan mampu membuat program yang baik supaya bisa bersaing sesama sekolah yang ada di Jatim dulu. Baik, mutu atau kualitas serta tehnologi serta bidang skill lainnya," pintanya ,
" Kalau sudah bisa bersaing di Jatim, maka masih ada tugas yang lebih besar lagi yakni bersaing antar propinsi yang selanjutnya bersaing dengan antar negara. Karena era MEA yang dibutuhkan adalah keahlian bukan hanya teori belaka," imbuhnya .
Pakde Karwo mencontohkan Cina dan India. Negara mereka bisa maju pesat karena kurikulum pendidikan merubah . Kedua negera tersebut memperbanyak sekolah Vocasional dan community college dari pada sekolah umum.
Jatim ingin seperti mereka dengan merubah komposisi jumlah SMKnya lebih besar dibanding jumlah SMA, dengan menyiapkan lapangan kerja untuk lulusan SMK dengan mmembangun kerjasama dengan pemerintah German. Karena, Jatim ingin menyiapkan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dengan membangun SMK yang bertaraf internasional.
Untuk memenuhi itu semua, Pemprov. Jatim dalam hal ini Dinas Pendidikan Prov. Jatim telah melakukan kerjasama dengan Osaka Jepang, German, Australia dan Inggris.
Selain SMK Vocasional dan Community college, Jatim juga telah membangun SMK Mini sebanyak 400 SMK yang tersebar di seluruh Jatim. SMK Mini ada disetiap Pondok Pesantren, dengan komposisi atau setiap kelas diisi 30 – 40 anak didik dengan sembilan jurusan yang sesuai kebutuhan di German.
"SMK Mini didirikan atas kerjasama dengan German, jadi jurusan yang diambilpun disesuai dengan kebutuhan perusahaan yang ada di German. Guru atau instrukturnyapun mendatangkan dari German. Tahun 2020 German membutuhkan tenaga kerja sebanyak lima ribu orang," jelas Gubernur.
Ditempat yang sama Kepala Badan Diklat Prov. Jatim, Dr. H. Akmal Budianto, mengatakan, pengarahan Pemetaan Kompetensi Kepala Sekolah SMA, SMK dan PK Negeri Se Jatim ini diikuti 400 orang yang dilakukan menjadi dua tahap.
Tahap pertama, mulai tgl 3 – 5 pebruari dan tgl 10 – 13 pebruari 2016, sebanyak 200 orang. Dan tahap II, dimulai tgl 11 – 24 Pebruari sebanyak 200 orang. Jadi total keseluruhan yang mengikuti pengarahan 400 orang dari jumlah keseluruhan kepala sekolah SMA dan SMK serta PK negeri Se jatim sebanyak 600 orang.
Kompetensi yang akan diukur meliputi kemampuan berfikir, kemampuan memanege, kemampuan dalam kepemimpinan dan yang terakhir adalah kemampuan dalam kewirausahaan.
Sumber : ( Humas Jatim )
Post a Comment