SURABAYA - Sensus Ekonomi 2016 sangat penting dalam menghasilkan data terstruktur sebagai langkah strategis dalam melakukan perencanaan kebijakan dan strategi, terutama dalam mewujudkan Jatim sebagai provinsi industri Tahun 2016. Hal ini disampaikan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo saat membuka Seminar Sosialisasi Sensus Ekonomi 2016 di Hotel Shangri-La Surabaya, Kamis (03/12).
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo ini meminta para Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) kab/kota untuk secara rutin memberikan data akurat kepada Kepala Daerah untuk digunakan dalam penyusunan program kerja. "Jangan sampai ada program yang disusun hanya menggunakan feeling sehingga tidak tepat sasaran" ujarnya.
Untuk itu, Pakde Karwo meminta semua pihak untuk menyukseskan Sensus Ekonomi 2016 tidak hanya sebagai perencaan kebijakan strategi, tetapi juga sebagai sarana melihat dan mengevaluasi menuju Jatim Provinsi Industri 2016.
Disampaikannya, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Jatim sampai dengan Triwulan III Tahun 2015 meningkat sebesar 5,30% dibandingkan dengan tahun lalu. Hasil survei BPS Tahun 2015, Ekonomi Jatim tumbuh sebesar 5,44%, sedangkan sektor industri tumbuh 6,22%, lebih tinggi dari pertumbuhan industri nasional yang hanya 4,73%. Peningkatan ini juga dialami di sektor perdagangan sebesar 6,56% dibanding pertumbuhan nasional yang hanya 1,49%.
Pada Triwulan III Tahun 2015, produksi industri manufaktur besar-sedang di Jatim tumbuh sebesar 8,7%, dan industri mikro-kecil tumbuh sebesar 9,5%. Sedangkan, perkembangan PDRB Jatim Tahun 2015 sebesar 1.260,02 T, dibandingkan PDRB nasional sebesar 8.578,30 T.
Ia menambahkan, sebanyak 36,57% masyarakat Jatim di sektor pertanian harus didorong ke arah industri primer di sektor pertanian atau pengolahan bahan pangan. "Ini sebagai bagian dari langkah kita menuju Jatim Provinsi Industri 2016", tambahnya.
Lebih lanjut, Pakde Karwo meminta agar tahun 2016 Penanaman Modal Asing (PMA) ditingkatkan lagi. Dari total izin prinsip PMA sebanyak 128,75 T sampai dengan Triwulan III Tahun 2015, baru terealisasi sebesar 11,62 T. Sedangkan untuk PMDN dari total izin prinsip sebesar 31,32 T, baru masuk sekitar 13,32 T.
Sedangkan di bidang perdagangan barang dan jasa, pada Triwulan III Tahun 2015 ekspor Jatim sebesar 533,819 T dan impor sebesar 498,782 T. Sedangkan, kinerja ekspor-impor non migas murni baki neraca ekspor, sampai Triwulan III surplus 10.970,71 Milyar.
Untuk Deflasi Jatim pada Oktober 2015 sebesar -0,19%, sedangkan inflasi pada November 2015 sebesar 0,06% dibandingkan nasional sebesar 1,21%. Hal ini disebabkan karena melimpahnya stok bahan pangan khususnya bahan makanan di Jatim. Hal ini dibuktikan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) masyarakat Jatim tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 115,98%, yang berarti tingkat optimisme konsumen Jatim masih tinggi.
Ditambahkan, Jatim terus mengembangkan pola pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Untuk menuju pola pembangunan Jatim berkelanjutan, idealnya tingkat konsumsi adalah sama dengan atau lebih kecil dari 50%. "Jatim masih tinggi konsumsi jangka pendeknya, terutama di sektor makan dan minum, ini yang harus kita perhatikan" tambahnya..
Selain itu, Pemprov Jatim juga melakukan program peningkatan ketrampilan SDM melalui pengembangan SMK Mini dan Balai Latihan Kerja (BLK) Plus yang kedepannya diharapkan akan menghasilkan tenaga kerja sebayak 36.000 orang tiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, M. Sairi Hasbullah mengatakan, kekuatan ekonomi akan lebih kuat bila ditopang oleh data yang akurat, sehingga sensus ekonomi ini bertujuan mendata kekuatan terkini dari ekonomi Indonesia, Jawa Timur, kab/kota, kecamatan dan dunia usaha. Sensus yang akan dimulai pada bulan Mei 2016 ini merupakan salah satu tugas statistik yang paling sulit sehingga dibutuhkan persiapan yang matang. Ia berharap, kedepannya dunia usaha lebih baik lagi. (Humas Setdaprov. Jatim/arz/team4k2)
Untuk Deflasi Jatim pada Oktober 2015 sebesar -0,19%, sedangkan inflasi pada November 2015 sebesar 0,06% dibandingkan nasional sebesar 1,21%. Hal ini disebabkan karena melimpahnya stok bahan pangan khususnya bahan makanan di Jatim. Hal ini dibuktikan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) masyarakat Jatim tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 115,98%, yang berarti tingkat optimisme konsumen Jatim masih tinggi.
Ditambahkan, Jatim terus mengembangkan pola pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Untuk menuju pola pembangunan Jatim berkelanjutan, idealnya tingkat konsumsi adalah sama dengan atau lebih kecil dari 50%. "Jatim masih tinggi konsumsi jangka pendeknya, terutama di sektor makan dan minum, ini yang harus kita perhatikan" tambahnya..
Selain itu, Pemprov Jatim juga melakukan program peningkatan ketrampilan SDM melalui pengembangan SMK Mini dan Balai Latihan Kerja (BLK) Plus yang kedepannya diharapkan akan menghasilkan tenaga kerja sebayak 36.000 orang tiap tahunnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Jatim, M. Sairi Hasbullah mengatakan, kekuatan ekonomi akan lebih kuat bila ditopang oleh data yang akurat, sehingga sensus ekonomi ini bertujuan mendata kekuatan terkini dari ekonomi Indonesia, Jawa Timur, kab/kota, kecamatan dan dunia usaha. Sensus yang akan dimulai pada bulan Mei 2016 ini merupakan salah satu tugas statistik yang paling sulit sehingga dibutuhkan persiapan yang matang. Ia berharap, kedepannya dunia usaha lebih baik lagi. (Humas Setdaprov. Jatim/arz/team4k2)
Post a Comment