SURABAYA - Pada hari pertama kunjungan di Taiwan usai mengadakan serangkaian kegiatan di Korea Selatan, Gubernur Jawa Timur DR. H. Soekarwo sambangi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jawa Timur di Taipei.
Sekitar 300 TKI mewakili sekitar 230 ribu TKI di Taiwan memadati Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei untuk menyambut kedatangan Gubernur yang didampingi oleh Nina Soekarwo, istrinya (18/10).
Kepala KDEI Taipei Arief Fadilah melaporkan, Taiwan yang luas wilayahnya kira kira sebesar Jawa Timur memiliki penduduk sekitar 26 juta jiwa. Satu persen diantaranya atau 260.000 jiwa merupakan warga Negara Indonesia, dari jumlah tersebut 230 ribu jiwa merupakan TKI. Tenaga Kerja Indonesia di Taiwan didominasi oleh warga Jawa Timur, sekitar 88 persen.
Disamping menjadi pembantu rumah tangga, banyak diantaranya bekerja sebagai nelayan dan buruh pabrik di Taiwan. TKI di Taiwan dibandingkan dengan TKI di Negara lain seperti di Hongkong, Singapore, Arab Saudi, Malaysia, menerima gaji paling tinggi. Gaji TKI di Taiwan mencapai 17.000 sampai 25.000 dollar Taiwan, atau sekitar Rp. 8 juta sampai Rp. 12 juta per bulan.
TKI di Taiwan terbilang maju dan solid, mereka membentuk kelompok-kelompok bersama KDEI Taipei untuk mengatasi berbagai persoalan, seperti gaji yang tidak dibayarkan, pelecehan seksual, kecelakaan kerja, dan berbagai persoalan lainnya.
"Kami juga mengantisipasi dengan mempersiapkan lapangan pekerjaan, manakala kami sudah tidak bekerja di Taiwan, seperti misalnya menambah ketrampilan anggota, patungan membeli perahu untuk dioperasikan di tanah air" kata Kholiq TKI asal Banyuwangi yang menjadi ketua salah satu kelompok TKI.
"Saya dan rombongan nyambangi sampeyan ini disamping ingin mengabarkan keberadaan sampeyan semua, juga ingin bisa membantu apa kira-kira yang dibutuhkan, untuk itu saya tak akan bicara panjang tapi tolong sampeyan yang mengutarakan uneg-uneg.
Kepala KDEI Taipei Arief Fadilah melaporkan, Taiwan yang luas wilayahnya kira kira sebesar Jawa Timur memiliki penduduk sekitar 26 juta jiwa. Satu persen diantaranya atau 260.000 jiwa merupakan warga Negara Indonesia, dari jumlah tersebut 230 ribu jiwa merupakan TKI. Tenaga Kerja Indonesia di Taiwan didominasi oleh warga Jawa Timur, sekitar 88 persen.
Disamping menjadi pembantu rumah tangga, banyak diantaranya bekerja sebagai nelayan dan buruh pabrik di Taiwan. TKI di Taiwan dibandingkan dengan TKI di Negara lain seperti di Hongkong, Singapore, Arab Saudi, Malaysia, menerima gaji paling tinggi. Gaji TKI di Taiwan mencapai 17.000 sampai 25.000 dollar Taiwan, atau sekitar Rp. 8 juta sampai Rp. 12 juta per bulan.
TKI di Taiwan terbilang maju dan solid, mereka membentuk kelompok-kelompok bersama KDEI Taipei untuk mengatasi berbagai persoalan, seperti gaji yang tidak dibayarkan, pelecehan seksual, kecelakaan kerja, dan berbagai persoalan lainnya.
"Kami juga mengantisipasi dengan mempersiapkan lapangan pekerjaan, manakala kami sudah tidak bekerja di Taiwan, seperti misalnya menambah ketrampilan anggota, patungan membeli perahu untuk dioperasikan di tanah air" kata Kholiq TKI asal Banyuwangi yang menjadi ketua salah satu kelompok TKI.
"Saya dan rombongan nyambangi sampeyan ini disamping ingin mengabarkan keberadaan sampeyan semua, juga ingin bisa membantu apa kira-kira yang dibutuhkan, untuk itu saya tak akan bicara panjang tapi tolong sampeyan yang mengutarakan uneg-uneg.
Sebenarnya sudah beberapa tahun lalu kami ingin nyambangi sampeyan, tapi baru kali ini kesampaian" ujar Pakde Karwo.
Kesempatan dialog yang dibeerikan Pakde, langsung dimanfaatkan oleh beberapa TKI untuk menyampaikan uneg-unegnya.
"Saya di Taiwan ingin cari modal, hanya saja kami kebingungan kira-kira usaha apa yang bisa dilakukan di tanah air, karena kami tidak memiliki keahlian" tanya Adi dari Trenggalek.
Kesempatan dialog yang dibeerikan Pakde, langsung dimanfaatkan oleh beberapa TKI untuk menyampaikan uneg-unegnya.
"Saya di Taiwan ingin cari modal, hanya saja kami kebingungan kira-kira usaha apa yang bisa dilakukan di tanah air, karena kami tidak memiliki keahlian" tanya Adi dari Trenggalek.
"Kerja di Taiwan tak mungkin untuk selamanya, barangkali Pakde bisa menjembatani untuk kami yang sudah bisa bahasa mandarin ini, bisa bekerja di perusahaan-perusahaan milik Taiwan di tanah air" ujar Ana dari Madiun.
Lain lagi Tantri dari Surabaya yang sudah lebih sepuluh tahun di Taiwan, dengan bangga menceritakan kelompoknya yang kini sudah bisa membantu sesama TKI untuk menambah pengetahuan dengan membuat perpustakaan.
Lain lagi Tantri dari Surabaya yang sudah lebih sepuluh tahun di Taiwan, dengan bangga menceritakan kelompoknya yang kini sudah bisa membantu sesama TKI untuk menambah pengetahuan dengan membuat perpustakaan.
"Barangkali Pakde punya buku tak terpakai kami sangat berterima kasih kalau diberi untuk menambah koleksi perputakakan kami.
"Ya, semua permasalahan kalian akan kami catat untuk menjadi PR SKPD yang berkaitan, karena sekarang untuk mengeluarkan anggaran atau membuat suatu program harus dirancang dan dibicarakan dengan DPRD, jadi tidak bisa serta merta.
"Ya, semua permasalahan kalian akan kami catat untuk menjadi PR SKPD yang berkaitan, karena sekarang untuk mengeluarkan anggaran atau membuat suatu program harus dirancang dan dibicarakan dengan DPRD, jadi tidak bisa serta merta.
Tentang lapangan pekerjaan di tanah air jangan khawatir, banyak yang bisa dilakukan apalagi nanti punya modal, kami siap melatih pekerjaan apa yang dibutuhkan" jelas Pakde Karwo.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Kependudukan Drs. Sukardo, MSi yang ikut mendampingi Gubernur dalam kunjungan di Taiwan, siap membantu para TKI yang tidak kembali lagi bekerja di luar negeri.
"Kami siap membimbing, tergantung mereka kepingin apa, kami siap memfasilitasi, memang tak mungkin selamanya mereka menjadi TKI. Kami juga berpesan, kalau ingin menjadi TKI tempuhlah prosedur yang benar, jangan menjadi TKI illegal, kerja tak akan nyaman dan akan menimbulkan masalah.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Trasmigrasi dan Kependudukan Drs. Sukardo, MSi yang ikut mendampingi Gubernur dalam kunjungan di Taiwan, siap membantu para TKI yang tidak kembali lagi bekerja di luar negeri.
"Kami siap membimbing, tergantung mereka kepingin apa, kami siap memfasilitasi, memang tak mungkin selamanya mereka menjadi TKI. Kami juga berpesan, kalau ingin menjadi TKI tempuhlah prosedur yang benar, jangan menjadi TKI illegal, kerja tak akan nyaman dan akan menimbulkan masalah.
Seperti baru-baru ini lebih dari 4.700 TKI dipulangkan dari Malaysia, karena mereka illegal. Akhirnya merepotkan semua, " kata Sukardo.(AT)
Minggu tanggal 18 Oktober 2015 Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia(KDEI) di Taipei luar biasa ramai. Keramaian bukan karena banyaknya orang mencari visa atau Tenaga Kerja Indonesia yang mengurus surat, tetapi ada peristiwa yang tidak biasa untuk sebuah kantor dagang.
Ada alunan ayat-ayat suci Al Quran, ada suara gending-gending, ada tepukan tangan ada pidato-pidato. Kursi berjajar rapi, ada berbagai makanan khas Jawa Timur sepeti nasi jagung lengkap dengan urap-urap, sambal goreng ikan teri, es cau dan sebagainya.
Serta yang mudah di tebak sedang ada apakah di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei itu adalah kursi meja yang ditata untuk sebuah hajad pernikahan. Apalagi ada pula pelaminan yang dihiasi dengan kembang-kembang alami serta foto-foto pra weding.
"Ya kami memang sedang punya hajat mengadakan nikah massal untuk TKI yang bekerja di Taipei" ujar Kepala KDEI Taipei Arif Fadilah "Ini pernikahan massal pertama yang pernah diadakan oleh sebuah kantor perwakilan Indonesia di Luar negeri" imbuhnya.
Pernikahan massal ini menurut Arif Fadilah, merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk memberikan rasa aman kepada para pekerja di Taiwan, sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih tenang dan tenteram, karena hubungan cinta kasih mereka sudah memperoleh perlindungan hukum.
Ada lima pasang pengantin yang dinikahkan, kebetulan semua dari Jawa Timur, yakni dari Ngawi, Banyuwangi, Tulungagung, Madiun dan Ponoorogo.
Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo yang sedang mengadakan kunjungan ke Taiwan serta merta ikut merayakan pernikahan kelima pasang pengantin tersebut.
"Ya kami memang sedang punya hajat mengadakan nikah massal untuk TKI yang bekerja di Taipei" ujar Kepala KDEI Taipei Arif Fadilah "Ini pernikahan massal pertama yang pernah diadakan oleh sebuah kantor perwakilan Indonesia di Luar negeri" imbuhnya.
Pernikahan massal ini menurut Arif Fadilah, merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk memberikan rasa aman kepada para pekerja di Taiwan, sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih tenang dan tenteram, karena hubungan cinta kasih mereka sudah memperoleh perlindungan hukum.
Ada lima pasang pengantin yang dinikahkan, kebetulan semua dari Jawa Timur, yakni dari Ngawi, Banyuwangi, Tulungagung, Madiun dan Ponoorogo.
Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo yang sedang mengadakan kunjungan ke Taiwan serta merta ikut merayakan pernikahan kelima pasang pengantin tersebut.
Dalam sambutannya Pakde Karwo, demikian biasa dipanggil, wanti-wanti kepada kelima pasangan pengantin untuk jangan terburu-buru punya anak, agar bisa menikmati bulan madu lebih panjang dan menabung.
"Saya harap para keponakan yang berbahagia, setelah resmi menikah ini jangan terburu-buru punya anak, ikut KB dulu, sekarang kejar cita-cita, kumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk modal kelak kalau sudah kembali ke tanah air. Nanti kalau punya anak, cukup dua saja. Semoga keponakan semua menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warohmah" harap Pakde Karwo.
Usai memberikan sambutan Pakde yang didampingi Bude Karwo menyalami para pengantin satu persatu dan memberikan kesempatan kepada para pengantin untuk foto bersama dengan Pakde dan Bude.
"Saya harap para keponakan yang berbahagia, setelah resmi menikah ini jangan terburu-buru punya anak, ikut KB dulu, sekarang kejar cita-cita, kumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk modal kelak kalau sudah kembali ke tanah air. Nanti kalau punya anak, cukup dua saja. Semoga keponakan semua menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warohmah" harap Pakde Karwo.
Usai memberikan sambutan Pakde yang didampingi Bude Karwo menyalami para pengantin satu persatu dan memberikan kesempatan kepada para pengantin untuk foto bersama dengan Pakde dan Bude.
Pasangan pengantin yang berbahagia teersebut yakni Ongky Hardiyanto menikah dengan Atik Umariyati, Yudi Hendarto dengan Juhariatun, Muhamad Zainuri dengan Teti Yulinda Fiyanti, Endrawanto berpasangan dengan Umi Rohmawati dan Komarudin mendapat Lilis Handayani.
"Saya sangat senang sekali setelah bisa menikah secara resmi, harapan kami kegiatan seperti ini tidak hanya sekali ini tetapi bisa berlanjut di kemudian hari, karena teman-teman TKI disini sangat membutuhkan", ujar Endrawanto usai foto bersama Pakde.
Seperti dilaporkan oleh Kepala KDEI Arif Fadilah, Warga Negara Indonesia yang ada di Taiwan, ada sekitar 260 ribu jiwa, atau sekitar satu persen penduduk Taiwan yang berjumlah sekitar 26 juta jiwa. Dari jumlah itu warga Jawa Timur yang ada di Taiwan sekitar 88 %. TKI yang bekerja di Taipei termasuk paling tinggi gajinya dibandingkan dengan TKI di negara lain. Gaji mereka antara 17.000 sampai 25.000 dolar Taiwan .
"Saya sangat senang sekali setelah bisa menikah secara resmi, harapan kami kegiatan seperti ini tidak hanya sekali ini tetapi bisa berlanjut di kemudian hari, karena teman-teman TKI disini sangat membutuhkan", ujar Endrawanto usai foto bersama Pakde.
Seperti dilaporkan oleh Kepala KDEI Arif Fadilah, Warga Negara Indonesia yang ada di Taiwan, ada sekitar 260 ribu jiwa, atau sekitar satu persen penduduk Taiwan yang berjumlah sekitar 26 juta jiwa. Dari jumlah itu warga Jawa Timur yang ada di Taiwan sekitar 88 %. TKI yang bekerja di Taipei termasuk paling tinggi gajinya dibandingkan dengan TKI di negara lain. Gaji mereka antara 17.000 sampai 25.000 dolar Taiwan .
Sumber : Humas jatim
Post a Comment