Semarang - Pemerintah, perajin tempe, dan masyarakat harus terlibat serta mendukung pengajuan tempe agar diakui oleh Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya non benda atau Intangible Cultural Heritage of Humanity.
"Berbicara tempe seolah kita mencari sesuatu yang hilang. Karena ternyata di Kabupaten Klaten ada sesuatu yang istimewa dan layak menjadi warisan budaya dunia.
Saya menyambut baik workshop ini sebagai upaya sosialisasi tentang tempe sebagai budaya warisan dunia dari Indonesia," kata Gubernur Jateng H Ganjar Pranowo SH MIP pada Workshop dan Sosialisasi Tempe Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Asal Indonesia di Kantor Badan Ketahanan Pangan Jateng, Selasa (13/10).
Menurut gubernur, ini adalah saatnya semua pihak menyampaikan tempe kepada agar semakin digemari dan dikenal hingga tingkat internasional. Untuk itu, perlu upaya menciptakan berbagai varian rasa dan kemasan.
Selain itu, para perajin harus mengikuti kemajuan teknologi dalam proses pembuatan tempe. Ganjar yang hadir sebagai narasumber sekaligus menandatangani surat penguatan dukungan tempe sebagai warisan budaya tempe bukan sekadar makanan produk lokal berbahan dasar kedelai. Namun, tempe juga makanan kaya gizi dan sarat budaya bangsa.
Untuk itu, dia berencana membangun Monumen Tempe di Kabupaten Klaten sebagai upaya menjaga kelestarian tempe. Monumen itu akan menjadi simbol bahwa Klaten merupakan daerah produsen tempe sejak zaman penjajahan Belanda.
"Jika perlu membangun museum tempe, yang di dalamnya tidak hanya menceritakan tentang sejarah dan asal-usul tempe, tapi juga memamerkan proses pembuatan dari yang paling tradisional hingga menggunakan teknologi modern. Juga produk yang dihasilkan dengan berbagai varian rasa," imbuhnya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jateng Ir Whitono menambahkan, tempe juga memiliki nilai budaya, sejarah dan ekonomi bangsa. Karena keunikannya, tempe layak menjadi salah satu simbol budaya Indonesia. Sehingga, tempe perlu tercantum dalam daftar warisan budaya tak benda ke UNESCO.
Ia menyebutkan, tujuan diselenggarakan workshop antara lain untuk menyosialisasikan sejarah tempe sebagai salah satu makanan tradisional dari Klaten, menyosialisasikan beragam manfaat tempe bagi kesehatan, serta menggalang dukungan masyarakat untuk mengajukan tempe sebagai warisan budaya tak benda.
Sumber : (humas jateng)
Post a Comment