SURABAYA - Pengerjaan konstruksi underpass yang menghubungkan Jl. Mayjend Sungkono dan Jl. HR Muhammad resmi dimulai seiring prosesi peletakan batu pertama tepat di bundaran satelit pada Jumat (25/9). Pembangunan infrastruktur itu diharapkan makin memperlancar arus lalin di kawasan tersebut.
Underpass bundaran satelit rencananya dibangun sepanjang 473 meter dengan lebar 19 meter. Kemiringan jalan memanjang sebesar 3 persen. Jalan bawah tanah tersebut terdiri atas empat lajur dengan dua arah terpisah. Tinggi underpass yakni 5,5 meter. Terdapat tiga simpang sebidang untuk mengakomodir kendaraan berat yang tidak mampu melalui kemiringan 3 persen atau melebihi ketinggian 5,5 meter.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, sebenarnya pemkot telah mengalokasikan 65 miliar untuk proyek underpass ini. Studi kelayakan underpass sudah dilaksanakan sejak 2012. Namun, dalam perkembangannya ternyata proyek ini mendapat dukungan dari pengembang. Sampai akhirnya pengembang yang tergabung dalam Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur berinisiatif membangun underpass. Dengan begitu, seluruh pembiayaan pembangunan underpass ditanggung oleh para pengembang.
"Dana dari APBD yang awalnya dialokasikan untuk membangun underpass bisa dialihkan ke program-program lain seperti pembangunan pedestrian dan saluran," kata Risma -sapaan Tri Rismaharini-.
Dia melanjutkan, underpass nantinya akan diintegrasikan dengan jalur angkutan massal perkotaan berupa monorel. Moda transprotasi itu rencananya akan menghubungkan Surabaya barat dan timur. Selain itu, untuk proyek ini seminimal mungkin tidak memerlukan pembebasan lahan karena menggunakan ruang milik jalan (rumija).
Kendati posisi jalan lebih rendah, underpass dipastikan tidak akan tergenang air hujan. Pasalnya, di bawah underpass tersebut sudah terdapat saluran air. Tak hanya itu, nantinya satu unit rumah pompa akan dibangun tepat di sebelah underpass sebagai antisipasi bila curah hujan tinggi.
Dalam hal pembangunan proyek underpass, pihak pengembang dan pemkot akan bekerja sama dengan kesepakatan tugas masing-masing. Untuk pelaksanaan pembangunan beserta pendanaannya murni merupakan domain pengembang.
Sementara pemkot akan membantu pemindahaan utilitas seperti pipa PDAM maupun kabel telkom demi kelancaran proyek. Selain itu, pemkot bersama kepolisian juga membantu rekayasa lalin selama pengerjaan underpass. Sebelumnya, pemkot telah memfasilitasi izin pembangunan underpass ke pemerintah pusat. Izin tersebut sudah turun dan kini proyek siap dikerjakan.
Risma optimistis proyek infrastruktur ini akan menjadi salah satu warisan yang kelak bisa dinikmati generasi di masa mendatang. Dia juga yakin suatu saat Surabaya mampu menjadi kota wisata arsitektur yang maju.
"Mari kita persembahkan yang terbaik untuk anak-cucu kita," ujar mantan kepala bappeko ini.
Ketua DPD REI Jatim Paulus Totok Lusida mengatakan, adapun alasan pengembang bersedia membantu pemkot membangun underpass adalah karena selama ini pengembang merasa dimudahkan dengan sistem perizinan baru di Surabaya. Dengan sistem perizinan online Surabaya Single Window (SSW), pengembang merasakan adanya suatu efisiensi. "Nah, efisiensi pengurusan perizinan inilah yang kita sumbangsihkan berupa underpass," ungkapnya.
Paulus menyatakan sebanyak 20 hingga 30 pengembang akan bahu-membahu menuntaskan proyek underpass ini. Dia menargetkan proyek tersebut rampung dalam 1,5 hingga 2 tahun.
Sumber : Humas Pemkot Surabaya
Post a Comment