Beban Angkutan Barang Bisa Tereduksi Hingga 80 Persen
SURABAYA - Tiga hari setelah agenda ground breaking yang menandai dimulainya pembangunan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) Surabaya, ground breaking interkoneksi jalan lingkar luar barat-tol-akses terminal Teluk Lamong digelar, Jumat (25/9) pagi.
Raung sirine yang ditekan kompak oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama perwakilan dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Badan Pengelola Jalan tol (BPJT) dan pengembang dari Sinar Mas Group, menjadi tanda awal dimulainya pembangunan jalan inter koneksi tersebut.
Jalur interkoneksi ini akan semakin menyempurnakan fungsi dari Jalur Lingkar Luar Barat.
Peran jalur interkoneksi JLLB-tol dan akses terminal Teluk Lamong ini strategis untuk mengintegrasikan konsep pengembangan pelabuhan Teluk Lamong dengan pengembangan wilayah daratan Kota Surabaya. Lebih detailnya, jalan interkoneksi ini menghubungkan terminal pelabuhan Teluk Lamong dengan kawasan industri dan bisnis di Surabaya selatan.
Dengan adanya interkoneksi ini, penumpukan kendaraan yang biasa terjadi di Kalianak dan sekitarnya, bisa teratasi. Apalagi, JLLB juga akan terkoneksi dengan tol Surabaya-Mojokerto (SuMo) dan tol Surabaya-Gresik.
Wali Kota Tri Rismaharini mengatakan, selama ini, alur kendaraan angkutan barang dari arah Sidoarjo dan Mojokerto yang akan menuju ke pelabuhan, selalu melewati tengah kota. Begitu juga kendaraan dari arah Gresik. Imbasnya, beberapa kawasan seperti di Margomulyo atau Kalianak, menjadi padat kendaraan barang yang antre masuk ke jalan tol.
Nah, beban kendaraan itu akan bisa direduksi dengan adanya jalan interkoneksi JLLB-tol dan akses terminal Teluk Lamong ini. "Bila ini sudah jadi, dampak ekonomi nya akan sangat luar biasa. Beban angkutan barang bisa tereduksi hingga 80 persen.
Selama ini, di Margomulyo, antrean untuk masuk tol masih tinggi dan macet. Kalau jalan ini jadi, antrean itu bisa dipotong. Apalagi, ini terkoneksi dengan tol Surabaya-Mojokerto. Jadi kendaraan yang dari tol Su-Mo bisa langsung lurus ke sini dan langsung lurus ke pelabuhan," ujar wali kota seusai ground breaking jalur interkoneksi tersebut.
Menurut wali kota, ruh dari sebuah kota, salah satunya adalah pelabuhan. Ibaratnya, pelabuhan adalah jantungnya. Bila pelabuhan mati, maka kota tersebut pun akan mati.
Wali kota mencontohkan, bila waktu tunggu container atau dwelling time di pelabuhan masih lama, akan berimbas pada tingginya cost barang yang tentu saja berdampak pada warga. "Ini pengaruhnya luar biasa. Bukan hanya bagi warga Surabaya tetapi juga untuk kawasan Indonesia Timur," sambung dia.
Wali kota mengatakan, pengerjaan interkoneksi ini melibatkan beberapa pihak. Untuk pengerjaan fisiknya akan dikerjakan oleh PT Pelindo III dan pengembang. Pengembang yang juga sebagai pemilik lahan tersebut juga akan membuat jalan lanjutan yang menyambung hingga ke kawasan ground breaking JLLB di Citraland pada Selasa (22/9) lalu. "Untuk interkoneksi yang mengerjakan Pelindo dan pengembang. Sementara Pemkot mengerjakan dari stadion (Gelora Bung Tomo) ke sini dan disambung pengembang lain," sambung wali kota.
Wali kota menyebut pelabuhan Teluk Lamong akan menjadi pelabuhan yang memiliki koneksi terbaik. Ini karena selain terkoneksi dengan tol Surabaya-Mojokerto (SuMo) dan tol Surabaya-Gresik, juga bertemua dengan tol Jakarta yang melewati jalur Pantura. "Apalagi kalau akses moda kereta api yang terhubung ke pelabuhan sudah bisa jalan. Ini pak Menhub sudah siap," sambung wali kota.
Sementara Direktur Teknik dan Teknologi Informatika PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Husein Latif menyebut, PT Pelindo IIIdengan pihak pengembang lainnya, akan bekerja keras dan bekerja cepat untuk segera menyelesaikan jalur interkoneksi JLLB, tol dan akses terminal Teluk Lamong tersebut.
Husein mencontohkan pembangunan jalan tol Denpasar yang dikerjakan oleh konsorsium, dikebut dan bisa selesai dalam 11 bulan. "Mudah-mudahan pembangunan fly over ini juga bisa cepat seperti pembangunan tol Bali," ujarnya.
Husein menegaskan, bila pembangunan tol Denpasar dikerjakan konsorsium, untuk pembangunan fly over interkoneksi ini melibatkan BUMN, pengembang dan juga dibantu oleh Pemerintah Kota Surabaya. Termasuk juga Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT). Karenanya PT Pelindo III akan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan fly over ini sehingga ada jaminan kelancaran akses untuk keluar dan masuk tol serta tanah di darat yang bisa dilalui.
"Kami juga berterima kasih kepada bu wali yang memberikan dukungan bahkan sebelum konstruksi Teluk Lamong dilaksanakan. Beliau juga mendukung ketika kami kesulitan akses darat," sambung Husein.
Jalur interkoneksi Jalan Lingkar Luar Barat-tol-akses terminal Teluk Lamong ini memiliki panjang tiga (3) kilometer. Bila diakumulasikan dengan JLLB yang memiliki panjang 19,2 kilometer, panjangnya akan mencapai 22 kilometer. Untuk tahap pertama, PT Pelindo akan membangun 2,5 hingga 3 kilometer dengan lebar per jalan ada dua jalur (per lajur 3,5 meter). Bila dua arah, total lebarnya sekitar 20 meter termasuk median/bahu jalan dan separator.
Sumber : Humas Pemkot Surabaya
Post a Comment